Ketika kamu berkata ingin hidup tanpa aku. Aku tercengang. Sejak itu hidupku berakhirlah sudah. Sudah tak bisa diulang lagi!
sumber gambar: ultimacodex.com
Embun
belum menguap atau mengirim pesan akan kembali lagi besok atau tidak sama
sekali, ketika sebuah perburuan besar-besaran terjadi di tahun modern termegah
abad ini. Aku terus berlari melewati sederetan kayu-kayu yang telah menjadi rak
reot semenjak Tuanku meninggalkanku. Maka hari ini, aku menyadari satu hal
bahwasanya aku harus menemukan tangan yang akan melipat tubuhku dengan lembut,
mewarnai pesan-pesan pentingku dengan spidol atau memberiku stempel hak milik
seperti hari-hari kemarin.
Persetan
dengan negeri ini. Harusnya aku pergi saja sejak kemarin, sebelum berakhir
seperti mereka yang telah musnah terbakar, atau terburai ke sembarang tempat
seperti gunung yang tercabik isinya. Tidakkah mereka menyadari, bahkan pena
menjadi bukan pena jika tak ada aku!
“Periksa
sekali lagi!” teriak seorang lelaki berseragam setelah kaki besarnya menendang
pintu. Lelaki itu pasti Albana, pemimpin mereka. Dengan ngeri, aku
menyembunyikan tubuhku di belakang lemari. Tubuhku gigil sampai ke tulang.
“Tidak
ada lagi, Bos!” seorang pemuda bermata almond
mendekat sambil memberi hormat.
“Kau
yakin?”
Pemuda
itu mengangguk. Albana menyeringai, disusul tawa dengan ritme yang berubah
menjadi keras.
“Bagus!
Bagus! Dengan begitu, Tak ada lagi yang perlu ditakutkan!”
Albana
tertawa keras sekali. Aku semakin dalam bersembunyi. Aku merasa lega sampai sepasang
mata itu melihat keberadaanku. []
*yuhuuu*
*yuhuuu*
Assalamualaikum ..Simple but sure
BalasHapus