Laman

Selamat Datang

"Perempuan dan sastra itu sama. Sama-sama bisa menyembunyikan apa yang ingin disembunyikan."

Minggu, 24 Desember 2017

The Last Book

Ketika kamu berkata ingin hidup tanpa aku. Aku tercengang. Sejak itu hidupku berakhirlah sudah. Sudah tak bisa diulang lagi!

sumber gambar: ultimacodex.com


Embun belum menguap atau mengirim pesan akan kembali lagi besok atau tidak sama sekali, ketika sebuah perburuan besar-besaran terjadi di tahun modern termegah abad ini. Aku terus berlari melewati sederetan kayu-kayu yang telah menjadi rak reot semenjak Tuanku meninggalkanku. Maka hari ini, aku menyadari satu hal bahwasanya aku harus menemukan tangan yang akan melipat tubuhku dengan lembut, mewarnai pesan-pesan pentingku dengan spidol atau memberiku stempel hak milik seperti hari-hari kemarin.
Persetan dengan negeri ini. Harusnya aku pergi saja sejak kemarin, sebelum berakhir seperti mereka yang telah musnah terbakar, atau terburai ke sembarang tempat seperti gunung yang tercabik isinya. Tidakkah mereka menyadari, bahkan pena menjadi bukan pena jika tak ada aku!

Jumat, 22 Desember 2017

Mata Pena yang Tajam


"Kami adalah mata pena yang tajam"

sumber gambar: Jurnal Metafora


Setiap manusia adalah mata pena. Ia dibekali pena untuk menorehkan sejarah dan pilihan hidupnya. Bahkan dalam jangkauan luas, pena menjadi cara untuk memberikan inspirasi bagi orang lain. Entah itu menulis SMS, Chat, status di media sosial atau bahkan yang lebih besar lagi, menulis buku yang akan dibaca dan disebar ke mana-mana.

Rabu, 20 Desember 2017

Manusia dan Kertas yang Tersisa

"Teruslah berjalan dalam sakitmu, sementara kamu masih sanggup"
(Ali ibn Abi Thalib)

sumber gambar : Khazanah Republika

Dalam sebuah serial misteri-detektif yang pernah saya tonton, dikisahkan ada seorang lelaki psycho yang membunuh orang untuk koleksi. Ia menganggap manusia adalah kumpulan kertas alias sebuah buku. Maka sebelum membunuh, ia menculik korbannya, meminta korban menceritakan seluruh kisah hidupnya, lalu dibunuh. Dan itu tidak berhenti sampai disitu saja. Setiap ia selesai membunuh, ia akan menyayat pergelangan tangan korban hingga berbentuk seperti bar code sebagaimana buku pada umumnya.

Saya termangu saat menontonnya. Tapi juga terpikir pada pandangan pembunuh itu pada sosok manusia. Meski dia membunuh dan tidak waras. Dia ada benarnya tentang satu hal.

Manusia adalah  buku yang berjalan. Setiap hari ia menulis sendiri pada selembar kertas dalam perjalanan hidupnya. Kita ibarat buku kosong yang lahir ke bumi. Kumpulan kertas yang putih bersih dan siap ditoreh terserah isinya apa. Entah itu baik atau buruk, kita sendiri yang tentukan. Sebagaimana ungkapan yang pernah saya baca bahwa; Manusia itu makhluk paling menakjubkan. Sebab ia bisa memilih untuk menjadi malaikat atau Iblis.