Laman

Selamat Datang

"Perempuan dan sastra itu sama. Sama-sama bisa menyembunyikan apa yang ingin disembunyikan."

Sabtu, 20 Desember 2014

Supaya Aku Nggak Lupa

#akuditolong lagi.
Sore itu,
"Nama abang siapa?" tanyaku pelan. tentu saja tidak genit..!
"Oh..nama abang ucok."
"Kalo yang dua abang itu?"
"Itu namanya Bang Hutabarat, sama Herman."
"Kenapa tanya-tanya nama kami?"
Aku senyum. "Nggak..nggak apa. pengen tahu."
Segera aku melaju bersama motorku. pamit pulang. bibirku komat kamit mengucapkan 3 nama itu supaya nggak lupa.

Rabu, 19 November 2014

Etika dan Regiliusitas Anti Korupsi

Jazz dan Orkestra : Optimisme Pemberantasan Korupsi 
Oleh Ika Y. Suryadi


 (Sumber gambar : lifestyle.kompasiana.com)

Masalah terbesar Negeri kita, pada awalnya bukan ketika rakyatnya terjangkit kemiskinan. Tapi karena kita mengizinkan gejala-gejala untuk miskin itu datang. Sebuah gejala bernama korupsi. Kita tidak lekas berobat ketika korupsi telah menggerogoti Negeri kita. Sehingga jadilah negeri kita, negeri pesakitan.

Sabtu, 19 April 2014

Kisah : Kalau Kau Ke Apotek Itu

Kalau Kau ke Apotek Itu

Aku datang dengan air muka hancur-hancuran. Tapi dia selalu tersenyum bila lihat aku. Silakan bayangkan aku ini antagonis dan dia protagonis. Sebeku apapun hati orang, disapa tiap ketemu juga luluh, kan? Tapi jangan bayangkan aku ini se-antagonis tokoh di sinetron. Aku nggak level melemparkan pot bunga dari atas gedung ke seorang gadis lugu.

Selasa, 15 April 2014

Flash Fiction : Chaotic

CHAOTIC
Oleh Ika Y. Suryadi

Dengan cepat Ayahku mengenakan pakaian dari lemari ruang kerjanya. Mengenakan jaket berburu yang sudah tidak dipakainya sejak perburuan sial sepuluh tahun yang lalu. Ia menghantam kaca yang ada di samping ruang kerjanya, membuka paksa peti senapan angin dan melangkah cepat ke luar rumah dengan meninggalkan pecahan-pecahan kaca berserakan. Ia, dengan tatapan tertajam yang tak pernah kulihat sebelumnya, mengarahkan senapannya ke arah

Senin, 03 Maret 2014

Dia Tanpa Aku

Bersabarlah Sehari Lagi 
 Ku pandang wajah Zaki. Ia sebaik-baiknya saudara. Bersayap putih. Mengingatkanku pada kebaikan. Mengingatkanku pada wajah ilahi. Tapi dahulu –sejak bendera penghubung antara aku dan dia tersobek – atau kurasa hingga saat ini ia masih sebaik-baiknya saudara.

Dia Tanpa Aku

Pilihan Langit
Maliki menelusuri kamar petakku. Bibirnya berdecak menggerutu. Seraya mengumpulkan helaian koran menjadi satu. Membacanya satu persatu. Tampak jelas riak wajahnya sendu. Katanya, di mana komitmenku? Kau tak mengerti, jawabku.

Dia Tanpa Aku


Di atas Amanah

Ada sebuah catatan menarik dari pertemuan antara Aku dan Dia. Dari beberapa kalimatnya, Ia berkata, “Saya baru bertemu denganmu. Maukah kamu masuk ke rumahku? Mungkin tidak banyak hal menyenangkan.” Ungkapan yang terakhir, ada anggapan bahwa seolah-olah Aku akan menemukan hal buruk.

Rabu, 19 Februari 2014

ORANGE



Gadis bersweater kelabu itu berjalan pelan di sebuah lapangan kampus. Dipundaknya tampak sebuah tas sandang biru menggantung. Tas tua. Namun, orang-orang tentu tak akan menyangka bahwa itu adalah tas yang baru dibeli di sebuah supermarket. Tepatnya, di

HUJAN



“Uka… kalo hujan ana inget anti…!” seru Yani kala itu 
Aku tersenyum senyum. Ya. Aku sangat suka hujan, bagiku hujan adalah rahmat
seperti yang Allah bilang. Ia menggerakkan tumbuhan, memberi reaksi kehidupan pada dunia. Ketika mendung tiba, lalu semilir angin menyapa, saat itu aku berharap-dan ku rasa tak hanya aku- hujan akan turun. Hujan akan datang dengan rerintikannya.