Berikut
ini beberapa kutipan pemikiran-pemikiran aneh dan nyeleneh dari
pendukung-pendukung JIL.
Di luar itu, saya kadang berpikir apakah orang beragama itu
memang harus full time. Tidak bolehkah beragama secara part time. Mulai dari
bangun tidur sampai tidur lagi harus "beragama," sampai mau ke toilet
pun harus "beragama." Ke-kaffah-an Islam sering kali juga di ukur
dari hal-hal seperti ini. Rasanya enak sekali kalau beragama bisa part time.
-A. Rumadi, IAIN Jakarta-
Katakan
pada mereka beragama bukan hanya menyandang status Islam. Anda beraktivitas
didalamnya dan itu bukanlah aktivitas yang bisa anda kerjakan di sebagian
waktu, lalu boleh ditinggalkan di sebagian waktu yang lain. Islam bukanlah
aktivitas budaya, olahraga, atau kepanduan yang biasa anda geluti ketika
kuliah, lalu anda tinggalkan setelah lulus. Beragama islam dan membelanya bukan
hanya anda jalani ketika lajang lalu anda campakkan ketika menikah, punya
jabatan, atau sibuk S1 atau S2. Tidak. Bukan seperti itu.
Beragama
Islam adalah penyembahan anda kepada Allah SWT. Dan, orang muslim tidak pernah
berhenti dari aktivitas islam hingga akhir hidupnya.
“Dan
sembahlah Tuhanmu sampai keyakinan (kematian) datang kepadamu” (Al-Hijr: 99)
Kita harus meninjau ulang konsep atau gagasan tentang keaslian
kitab suci. Bagi saya, semua kitab suci adalah asli. Tapi harus diingat bahwa
kitab suci itu tumbuh seperti tanaman. Artinya, tidak ada kitab suci yang lahir
ke dunia langsung menjadi besar, sebesar tanaman seumur 50 tahun. Kitab suci
itu seperti manusia; dia mengalami fase bayi, remaja, dewasa, dan tua. Saya
tidak menjumpai sejarah manusia yang langsung jadi. Ketika kita melihat Alqur’an,
Taurat, Veda, Injil, dan Upanishad, semua itu adalah kitab suci yang tumbuh.
Kalau kita sebut asli bagaimana? Semua kitab suci adalah asli; semua kitab suci
adalah sesuai dengan ajaran agamanya, tapi dia berubah atau tumbuh sesuai
dengan tahap-tahap yang dia lalui.-Ulil Abshar Abdalla-
Katakan kepada mereka bahwa Al-Quran bukan makhluk seperti yang
mereka andai-andaikan “seperti tanaman” atau “seperti manusia”. Al-Quran
tidaklah sama dengan kitab lain. Namun sebagai penyempurna dari kitab Taurat dan
iInjil. Terlebih Injil yang sekarangpun telah dirusak oleh segolongan orang
yang menyukai beberapa ketentuan Allah dan membenci sebagiannya, lalu
merombaknya. Bahkan, Al-Quran tidak sama dengan Veda ataupun Upanishad!
Al-Imam
Al-Baihaqi Asy-Syafi’i rahimahullah meriwayatkan ucapan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah:
لما كلم
الشافعي رضي الله عنه حفصا الفرد ، فقال حفص : القرآن مخلوق ، فقال له الشافعي :
كفرت بالله العظيم
“Ketika Asy-Syafi’iradhiyallahu’anhu
berbicara dengan Hafsh Al-Fard, dia berkata, “Al-Qur’an makhluk”, maka Asy-Syafi’i
berkata kepadanya, engkau telah kafir kepada Allah Yang Maha Agung.
Al-Imam
Abu Hatim dan Abu Zur’ah rahimahumallah
mengabarkan aqidah seluruh ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah di seluruh negeri
yang mereka temui:
ومن زعم
أن القرآن مخلوق فهو كافر بالله العظيم كفرا ينقل عن الملة ومن شك في كفره ممن
يفهم فهو كافر ومن شك في كلام الله عز و جل فوقف شاكا فيه يقول لا أدري مخلوق أو
غير مخلوق فهو جهمي ومن وقف في القرآن جاهلا علم وبدع ولم يكفر
“Barangsiapa
yang menyangka Al-Qur’an makhluk maka dia kafir kepada Allah Yang Maha Agung
dengan kekafiran yang mengeluarkan dari Islam, dan barangsiapa yang ragu dengan
kekafirannya –dari orang yang sudah memahami masalah- maka dia juga kafir, dan
barangsiapa ragu pada kalam Allah ‘Azza wa Jalla, lalu dia tidak
menentukan sikap dalam keraguan dengan berkata, “Aku tidak tahu Al-Qur’an
makhluk atau bukan,” maka dia seorang pengikut Jahmiyah, dan barangsiapa tidak
menentukan sikap karena tidak tahu (bukan karena ragu), maka dia harus diajari,
dibid’ahkan, dan tidak dikafirkan.”
Allah subhanahu
wa ta’ala telah mengancam dalam Al-Qur’an dengan ancaman yang keras
terhadap orang-orang yang berani berbicara tentang agama-Nya tanpa didasari
ilmu. Allah ta’ala berfirman:
وَلا
تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ
لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ
“Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung.” [An-Nahl: 116]
Dia-lah
yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat
untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada
yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu
dari isi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal. (Q.S Ali Imran: 7)
Selain
itu, pendapat JIL yang lain..
Meskipun di mata saya jilbab bukan satu-satunya pakaian yang
“Islami”, tetapi di mata banyak masyarakat Islam, termasuk di Amerika, jilbab
jelas mempunyai kedudukan yang istimewa di antara pelbagai jenis pakaian yang
lain.
Menjadi seorang wanita Muslimah tentu tak berarti mengisolir
diri dari masyarakat sekitar dengan menutup seluruh tubuh dengan pakaian
tradisional ala masyarakat Afghanistan seperti Burqa. Menjadi Muslimah yang
baik bisa terlaksana dengan jilbab, plus jeans, dan kaos yang melambangkan
kebudayaan populer masyarakat Amerika. Dengan kata lain, jilbab bukanlah
halangan bagi wanita Muslimah untuk melakukan asimilasi dalam kebudayaan lokal.
Jilbab bisa bersandingan secara damai dengan ekspresi kultural masyarakat
setempat.
Yang menggelikan adalah bahwa kaum Islam fundamentalis itu
menganjurkan kembali kepada Islam yang “murni” dengan cara mengadopsi
simbol-simbol kearaban. Mereka mengira bahwa memelihara jenggot, memakai jubah
putih dan sorban, menutup seluruh tubuh perempuan rapat-rapat (sehingga
perempuan mirip sebuah rumah siput yang berjalan beringsut-ingsut) adalah
identik dengan Islam yang murni. Mereka tak sadar, bahwa itu semua adalah
budaya Arab yang tak harus identik dengan Islam itu sendiri.(Ulil Abshar
Abdalla dalam tulisannya “Boston “Hijau Royo-royo””.
Salah
satu prinsip JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah Liberal-mereka
mengagung-agungkan kebebasan namun justru tidak setuju dengan orang yang
memakai burka atau jilbab dengan pakaian longgarnya. Lantas? Dimana kebebasan
orang-orang muslim? Sekali lagi ketidak konsistenan ini hanya mencerminkan
untuk menyudutkan orang-orang Islam. Sesungguhnya Islam itu diturunkan untuk
umat manusia, bukan sekelompok manusia saja. Sehingga ketentuan dalam islam
berlaku universal.
Sayangnya
salah satu pendukung gerakan ini menilai bahwa hal ini dapat diterima lantaran
mengambil sepotong hadits Rasulullah SAW tanpa mentadaburrinya. Yakni
“perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat”. Hadits ini tidak shahi dan
tidak jelas sanad mau[un matannya. Terlebih lagi, Perbedaan pendapat memang
rahmat. Namun apakah jika pendapat itu menyalahi korodor Islam tetap dianggap
rahmat seperti JIL yang menyerempet dan nyeleneh? Sehingga mereka menjadikan
agama sebagai olok-olokan. Perlu diketahui, Marah pun rahmat maka marahlah
untuk hal-hal yang merusak. Lupa adalah rahmat karena jika lupa tak ada, seseorang
yang ditinggal meninggal keluarganya akan masih menangis sampai sekarang. Malas
itu rahmat maka malas lah melakukan hal-hal yang tidak berguna. Namun, jika
suatu hal itu menjadi berlebihan maka itu bukan lagi rahmat. Tapi musibah.
Dan
menutup aurat itu telah diperintahkan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran.. (untuk
wanita beriman tak peduli arab, Indonesia, Eropa, dan lain-lain)
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita... (QS an-Nur [24]: 31)
|
|
Barangsiapa
menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari
ajarannya maka tertolak. (HR. Bukhari)
Sesungguhnya
ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah
jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang
diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan tiap bid’ah adalah
sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka. (HR. Muslim)
Maka
pantaslah mengapa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Artinya
: “Yang paling saya khawatirkan atas adalah orang munafik yang pandai bicara. Dia membantah dengan Al-Qur’an.”
Beliau
juga bersabda:
Artinya
: “Mereka mengklaim diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah
perusak Islam, mereka mengajak kepada kepada Al-Qur’an padahal merekalah yang
mencampakkan Al-Qur’an”
Mengapa
demikian? Karena mereka bodoh terhadap sunnah. [Lihat Ahmad Thn Umar
al-Mahmashani: 388-389]